Sekilas Info

Ingin Artikel / Karya / iklan Antum wa Antunna dimuat diblog ini ? Silahkan kirim ke email : lembagadakwahannur@gmail.com "Karena An-Nuur Lebih Dari Sahabat"

Persiapan Menghadapi Ramadhan

Wahai kaum muslimin, hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.




Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan.



Dalam menyongsong bulan Ramadhan tidak ada salahnya untuk melakukan persiapan agar nantinya ibadah puasa kita dapat maksimal. Minimal ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan yang penuh berkah itu:

1. Persiapan Ruh dan Jasad.

Dengan cara mengkondisikan diri agar pada bulan Sya’ban (bulan sebelum Ramadhan) kita telah ter biasa dengan berpuasa. Sehingga kondisi ruhiyah imaniyah meningkat , dan tubuh sudah terlatih berpuasa Dengan kondisi seper t i ini, maka ketika kita memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjut nya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiat an yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak phisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali ber puasa, seperti: lemah badan, demam atau panas dingin dan sebagainya.

Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar kita memper banyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban ini dengan cara member ikan contoh langsung dan aplikatif . ‘Aisyah RadhiyaLlahu ‘anha berkata: ”Rasulullah saw berpuasa, sampai-sampai kami mengiranya tidak pernah meninggalkannya”. Demikian dalam riwayat Bukhari dan Muslim.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa: ”Beliau melakukan puasa sunnah bulan Sya’ban sebulan penuh, beliau sambung bulan itu dengan Ramadhan”. (Hadits shahih diriwayat kan oleh para ulama’ hadit s, lihat Riyadhush-Shalihin, Fat hul Bari, Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain).
Anjuran tersebut dikuat kan lagi dengan menyebut kan keut amaan bulan Sya’ban. Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: ”Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya’ban ini?” Beliau saw menj awab: ”Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah swt  Rabbul ‘Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku  dalam keadaan berpuasa”. (HR An-Nasa-i).

2. Persiapan Materi.

Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, bet apapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun Cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok mentega.

Rasulullah saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyar akat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan anginter hadap benda benda di sekitarnya.

Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas Radhiya Llahu ‘anhu: ”Sungguh, Rasulullah saw saat bertemu dengan malaikat Jibril, lebih derma dari pada angin yang dilepaskan”. (HR Muttafaqun ‘alaih). 

Santunan dan sikap ini sudah barang tentut idak dapat dilakukan dengan baik kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai.

3. Persiapan Fikri (Persepsi).

Minimal persiapan fikri ini meliputi dua hal, yaitu:

1. Mempunyai persepsi yang utuh tentang Ramadhan dan keutamaan bulan Ramadhan.
2. Dapat memanfaatkan dan mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang secara logis dan konkrit
mengantarkannya untuk mencapai ketaqwaan.

0 komentar:

Posting Komentar